Jumat, 20 Desember 2019

ICPC 4 Tahun

Setelah menceritakan pengalaman menuju OSN/IOI, kini saya akan menceritakan pengalaman menuju ICPC World Final. Tujuannya adalah berbagi pengalaman. Berhubung rentang maksimal untuk karir ICPC adalah 4 tahun, yang lebih lama dari 2-3 tahun pada OSN/IOI, memutuskan untuk menginvestasikan sebagian dari 4 tahun kuliah ke ICPC merupakan komitmen yang panjang.


Partisipasi Pertama

Setelah masuk Fasilkom UI dan mengikuti berbagai orientasi, saya direkrut untuk ikut ICPC oleh Felik. Anggota tim satunya lagi adalah Rasmunandar Rustam, sehingga tim kami sepenuhnya adalah TOKI 2011. Nama tim yang disepakati adalah Vidina, dari Felik yang artinya "masa depan".

Sebenarnya saya hanya tahu kalau ICPC adalah kontes pemrograman seperti IOI, dengan ciri:
  • Partisipasi tim
  • Penilaian jawaban hanya ada benar atau salah
... dan saya tidak tahu bagaimana aturannya kualifikasinya bekerja. Apakah dipilih N tim terbaik di suatu negara? Atau suatu region? Bagaimana pembagian regionalnya bekerja? Berhubung baru mulai kuliah dan banyak aktivitas, saya tidak mencari tahu jawabannya (atau mungkin karena saya lupa).

Felik kemudian mengurus administrasi tim kami. Kami juga berkenalan dengan Pak Denny, yang merupakan coach untuk tim UI untuk urusan ICPC. Saya mempelajari bahwa biasanya UI mengirim sekitar 3 tim ke suatu regional di Asia. Kalau pada tahun itu diselenggarakan ICPC regional Jakarta juga, maka UI dapat mengirim segerombolan tim karena biaya yang jauh lebih murah. Sebagai catatan, ICPC hanya ada pada semester ganjil.

Berhubung tahun 2011 tidak ada ICPC regional Jakarta, berarti tahun ini hanya 3 tim yang akan ikut regional. Penentuan 3 tim ini diputuskan dengan INC (Indonesia National Contest) yang diselenggarakan Binus. Tim Vidina berhasil mengamankan posisi di INC sebagai salah satu dari 3 tim terbaik dari UI, sehingga kami akan dikirim ke ICPC regional.

Ternyata regional yang dipilih adalah Kuala Lumpur. Kami berangkat ke Malaysia berasama dengan Pak Denny dan 1 tim UI lainnya. Kontesnya akan diselenggarakan di IIUM (International Islamic University Malaysia).

Selama perjalanan, saya belajar dari Pak Denny kalau sekitar 3 tim terbaik di suatu regional akan terkualifikasi ke ICPC World Final (biasa disebut "WF" saja). Aturan sebenarnya lebih rumit, yang melibatkan regional quota, suatu rumus yang memusingkan, pertimbangan khusus, dan sebagainya. Rasanya yang penting bertanding sebaik mungkin, lalu serahkan WF atau tidak ke tangan panitia.

Sejujurnya saya tidak banyak persiapan untuk ICPC ini. Saya juga tak tahu apa harapan partisipasi ini. Rasanya untuk menduduki 3 besar tidaklah mungkin. Namun karena sudah jauh-jauh ke Malaysia, saya tidak pikir panjang dan berkompetisi sebaik mungkin.

Hasil kompetisinya tidak baik. Peringkat akhir Vidina adalah 25-an, yang sangatlah jauh dari 3 besar.

Rasanya tidak enak telah menghabiskan uang fakultas, lalu tidak berkompetisi dengan baik. Kami pulang ke Indonesia sambil memikirkan solusi soal kompetisinya.

Pada semester kedua, Rasmunandar mundur dari Vidina karena ingin fokus ke pemrograman yang lebih aplikatif (seperti website atau aplikasi HP). Felik kemudian merekrut Cakra, yang tahun depan akan masuk UI sebagai angkatan 2012, dan nama timnya menjadi Vidina 2.0.



Tahun Kedua yang Suram

Masuk semester ketiga, tim kami kembali mengikuti INC dan masuk ke dalam 3 tim terbaik UI. Tahun ini terdapat ICPC regional Jakarta, sehingga kami akan berpartisipasi di 2 kontes. Ternyata selain Jakarta, kami akan dikirim ke Hanoi. Sebagai catatan, kontes di Hanoi jauh lebih awal daripada Jakarta.

Hasil regional di Hanoi suram, lagi-lagi kami peringkat 25-an. Namun kali ini saya cukup sedih karena tidak ada kemajuan jika dibandingkan tahun sebelumnya, padahal sudah berlatih selama semester genap. Selain merasa bersalah kepada Pak Denny dan fakultas karena tidak memberikan hasil yang baik, saya mulai merasa untuk mendapat peringkat 3 besar tidaklah mungkin. Saingan dari Taiwan, Cina, Hongkong, Vietnam, atau Singapura (yang isinya teman-teman TOKI juga) terlalu tangguh untuk dikalahkan. Rasa suram ini membuat saya kehilangan semangat dan tidak ikut jalan-jalan ke Ha Long Bay. Setidaknya, pengalaman berkunjung Vietnam cukup menarik dan saya membeli caping khas sana.

Caping "Pandaren" (foto oleh Felik)
Kontes selanjutnya adalah INC 2012, yang mana Cakra tidak bisa ikut karena ada acara orientasi. Jadinya hanya saya dan Felik yang harus nge-tank dan carry. Namun secara mengejutkan, performa kami sangat baik dan memperoleh peringkat ke-3. Hasil yang lebih baik mungkin bisa dicapai kalau kami ber-3. Berkat hasil yang baik ini, moral berperang saya kembali bangkit, dan siap untuk menghadapi regional Jakarta.

Tim UI berbondong-bondong berangkat ke Binus dengan bis kuning untuk regional Jakarta. Ini kedua kalinya saya ke Binus, setelah BNPC HS 2011 pada Pelatnas 1 yang lalu. Berkat moral yang positif, kami bertanding dengan baik dan berhasil duduk di peringkat 10. Ada pencapaian pertama yang diraih, yaitu first solver untuk suatu soal dan kami mendapatkan balon bintang.

Foto dari Felik
Lebih jauh lagi, ternyata kami mendapat penghargaan tim lokal (Indonesia) terbaik ke-3 dan mendapat plakat. Tim lokal terbaik pertama dan ke-2 adalah "Dongskar Pedongi" (timnya Irvan Jahja) dan "+1 Saklar Lhompat" (timnya Ashar). Penghargaan ini juga tiba dengan hadiah berupa hard disk eksternal. Kebetulan saat itu saya perlu format komputer dan butuh media penyimpanan data yang besar, jadilah pucuk dicinta ulam pun tiba.

Walaupun hasil ICPC di Hanoi suram, tapi hasil di Jakarta memberikan harapan. Masih ada waktu 2 tahun untuk berlatih untuk mencapai WF!