Selasa, 04 Februari 2014

Kisah Perjalanan di TOKI: Bangkit dari Keterbelakangan

Setelah OSN berakhir, hari-hari kembali berlangsung seperti biasa. Kembali ke lingkungan sekolah, menghafal tata nama senyawa karbon, menggunakan mikroskop, dsb. Bedanya hanya saya harus ekstra usaha untuk mengejar segala ketinggalan pelajaran karena ikut OSN. Tidak terlalu bermasalah, karena saya hanya bolos sekitar seminggu saja.

Pelatnas

Tidak lama kemudian, datang surat ke kantor tata usaha, berisi undangan menghadiri Pelatihan Nasional (Pelatnas) 1 TOKI 2010 di Bandung. Pelatnas ini durasinya tiga minggu, yang artinya saya harus bolos kembali. Rasanya lumayan senang karena bisa bertemu lagi dengan teman-teman OSN.

Sesampai di Bandung, ternyata suasana kompetisinya terasa sekali. Ada beberapa orang yang tidak pernah saya jumpai di OSN, mendadak muncul. Mereka dikenal sebagai VETERAN. Jadi orang-orang yang sebelumnya sudah pernah mengikuti Pelatnas, tetapi gagal di suatu tingkat atau berhasil ke IOI, tahun depannya dapat ikut Pelatnas lagi tanpa melalui OSN (tentunya bila mereka masih belum lulus SMA).

Pada Pelatnas, hari-hari seperti kuliah (meskipun waktu itu saya belum kuliah). Pagi ada sesi kelas, lalu siang sampai sore latihan di lab. Kehidupan sehari-hari cukup monoton, tetapi cukup menghibur karena ada teman-teman yang lain.

Saya sekamar dengan Rolandi, Eddrick, Yozef, Rosyid (mereka semua medalis emas), dan Ericko. Kadang-kadang saya tidur di kamar Tracy (beserta Tito dan Fakhri) karena kamarnya sangat besar dan ada beberapa tempat tidur kosong. Dua kamar itu terletak di lantai 1, sementara teman-teman lainnya di lantai 2. Akibatnya terasa agak ansos, saya kurang mengenali teman-teman di lantai atas.

Semakin hari, materinya semakin menggila. Kadang saya hanya bisa mendapat 100 dari poin maksimal 400 per latihannya. Posisi saya mulai di peringkat 12 sedikit demi sedikit bergeser ke arah peringkat 16. Saya mulai berpikir bahwa Pelatnas I ini merupakan akhir dari perjalanan di TOKI.

Beberapa hal yang berkesan di Pelatnas I adalah:
  • Ketua kelas kita adalah Arief Setiawan, veteran dari tahun lalu.
  • Transport ke ITB dengan angkot yang di-charter. Ada 3 angkot, masing-masing berkapasitas maksimal 12 sehingga total muat 36 orang. Sementara itu peserta Pelatnas ada lebih dari itu. Sehingga setiap harinya selalu ada yang ditumbalkan, yakni orang-orang yang telat bangun, untuk naik angkot sendiri ke ITB.
  • Setiap pagi kita sarapan di wisma, sambil menonton Spongebob. Bila Spongebob sudah habis, artinya sudah waktunya untuk berangkat.
  • Setiap sore menjelang malam kita pulang, lalu makan malam di wisma, sambil menonton Naruto. Bila Naruto sudah habis, orang-orang sudah bubaran dan ruang makan akan ditutup.
  • Setiap pulang, hiburan pertama yang didapatkan adalah minum susu Ultra rasa cokelat. Susu itu selalu tersedia ketika kita pulang setiap harinya. Sampai sekarang, bila saya minum susu Ultra rasa cokelat, akan teringat masa-masa Pelatnas I 2010 itu.
  • Terjadi perang susu Ultra! Beberapa orang mengambil lebih dari satu, sehingga mengakibatkan beberapa peserta murka dan membalas dengan mengambil lebih banyak lagi. Akibatnya ada beberapa hari dimana saya tidak kebagian :(
  • Saya bertemu dengan Reinhart, saat itu dia telat 1 minggu untuk mengikuti Pelatnas karena urusan telah pindah sekolah. Walaupun begitu, nilai latihan dia bisa melampaui kita-kita yang mengerjakan lebih banyak soal.
  • Saya berkenalan dengan banyak alumni TOKI, di antaranya Adin, Sambya, Ronny, Irvan (Jahja), dan Gogo.

Pada akhir Pelatnas, pengumuman diberikan dalam bentuk berkas tersembunyi. Sebelumnya flash disk kita diminta untuk diisi materi-materi latihan, tetapi ternyata sekaligus menjadi media penyampaian pengumuman. Kita harus mengoprek-oprek berkas .zip yang berlapis-lapis oleh password, dan akhirnya terdapat berkas .doc, dan tulisan kelulusan kita ditulis dalam warna putih. Meskipun sudah menduganya dan menguatkan diri, ternyata kekecewaan tetap ada. Saya tidak berhasil masuk 16 besar dan berada di peringkat 18. Bersama dengan Ericko dan Hudi (dari Bali), kami tidak lolos dan menelusuri koridor dari Labtek V ITB ke arah gerbang keluar diselimuti kegelapan dan kesuraman.

Masa Rehabilitasi

Hari demi hari berlalu, saya tidak lagi berlatih coding. Aktivitas sehari-hari meliputi sekolah, bermain tenis meja, baca komik, atau jalan-jalan bersama teman. Rasanya sudah benar-benar lepas dari coding. Kadang-kadang, saya akan membuka buku "The Art of Programming Contest" untuk sekedar melihat-lihat. Kebetulan pada saat itu saya belum mengerti tentang Dynamic Programming, dan hendak mempelajarinya. Sayangnya dalam kurun waktu rehabilitasi yang panjang ini saya tidak bisa-bisa juga -__-

Memasuki awal tahun 2011, suara-suara tentang OSK mulai bermunculan. Saya menyadari bahwa OSK sudah dekat dan saya masih punya kesempatan lagi. Bila dipikir-pikir, saya ingin mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di ITB dengan medali emas (terpengaruh suasana ITB saat Pelatnas). Oleh karena itu, saya menguatkan diri untuk kembali berjuang mulai dari 0 dengan tekad yang kuat.

Berjamurnya Saingan

Prestasi yang dicapai saat OSK dan OSP cukup baik, saya bisa bertahan dengan stabil. Namun ternyata saya harus berhadapan dengan banyak pendatang baru yang sangat mengintimidasi, di antaranya adalah Jessica Handojo, Jennifer Santoso, dan beberapa pria dari SMAK yang berwajah jenius. Saya juga bertemu dengan peserta tahun sebelumnya yang terlihat sudah berkembang. Berdasarkan itu, saya mulai berpikir bahwa kembali berjuang dari 0 merupakan pilihan yang cukup beresiko, mengingat kegagalan dapat menyebabkan saya kehilangan peluang untuk selamanya.

Namun saya tetap berpikir seperti tahun sebelumnya, yaitu saya tidak peduli terhadap apa yang orang lain lakukan. Apapun yang mereka kerjakan, tidak akan mempengaruhi performa saya. Oleh karena itu, beban menjadi hilang dan saya bisa lebih fokus dalam belajar.

Menuju OSN 2010

Akhirnya OSP terlewati, dan saya berhasil masuk ke OSN 2010. Alangkah bahagianya bahwa kerja keras saya telah membuat selangkah lebih maju menuju impian medali emas di OSN 2010.

Hari-hari dilewati dengan pelatihan intensif, yang waktu itu dilaksanakan ketika masih masa liburan. Saya mulai mengerjakan soal-soal UVa, sehari 4-5 soal. Lalu mengerjakan PJJ pra-OSN yang sebenarnya sudah pernah saya kerjakan (mengulang pun dapat meningkatkan pemahaman dan abstraksi dalam algoritma). Perkembangan yang saya berikan benar-benar terasa, kini mengetikkan kode dari pikiran sudah seperti menulis dalam Bahasa Indonesia. Kemudian menghadapi kejadian ngebug juga sudah tidak bermasalah karena saya mengerti bagaimana menanganinya. Pokoknya saya benar-benar menjadi lebih percaya diri!

OSN 2010

OSN 2010 dilaksanakan di Medan, dan saya sudah dari jauh-jauh hari mempersiapkan untuk hari pertandingan ini bersama dengan kontingen Jakarta: Aldibaraniz, Alif, Cosmas, Dikra, Jessica, Jennifer, dan Jonathan. Bila dibandingkan dengan OSN 2009, bisa dibilang pelaksanaannya lebih baik OSN 2009.

Pada sesi 1 (soal analitik) dan sesi 2 (pemrograman sederhana), nilai saya cukup baik tetapi belum aman. Maksudnya ada banyak peserta dengan nilai yang tidak jauh berbeda dengan saya. Oleh karena itu di hari esoknya saya harus berjuang mengamankan posisi.

Pada sesi 3, terdapat 5 soal:
  1. Magic: soal yang cukup bonus. Yang perlu dilakukan hanya mencari bagaimana proses membalikkan nilai-nilainya. Soal ini saya selesaikan dalam 15 menit pertama.
  2. Shuffle: soal yang bentuknya simulasi saja, cukup laksanakan apa yang diminta soal. Pertanyaannya tinggal bagaimana mensimulasikan dengan benar saja. Setelah diprogram dengan sangat hati-hati, soal ini saya selesaikan dalam 40 menit.
  3. Missile: soal yang bau greedy-nya sangat pekat. Setelah menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk mencari counter case solusi saya, akhirnya saya cukup yakin dan menulis kodenya. Secara total soal ini selesai dalam 75 menit.
  4. Password: soal interaktif yang pertama kali muncul di OSN. Entah kenapa saya tidak ingin berpikir panjang di soal ini, sehingga langsung saya coding dengan algoritma yang pasti benar tetapi mungkin melebihi jatah interaksi yang diberikan.
  5. Waterfall: soal yang kelihatannya paling sulit. Pada awalnya saya benar-benar tidak ada ide, tetapi setelah mencoba menggunakan Ms. Excel dan mensimulasikannya, saya mendapatkan ide untuk menggunakan DP bottom up. Secara logika, cara ini pasti benar dan saya sangat percaya diri. Oleh karena itu langsung saya program dengan hati-hati.
Sisa waktu yang saya miliki adalah 2 jam. Selama waktu tersebut saya manfaatkan untuk memeriksa kembali kode saya, mencoba testing, memikirkan kemungkinan kasus-kasus khusus, dan sebagainya. Waktu berlalu, habis, dan saya pun menyelesaikan kontes dengan optimis.

Perolehan Medali

Tiba saatnya pembagian medali. Saya sangat berharap dan optimis bisa mendapatkan medali emas. Apabila berhasil, saya tidak peduli lagi dengan Pelatnas atau IOI. Pokoknya medali emas adalah target dan tujuan utama saya!

Secara mengejutkan nama saya dipanggil pada saat pembagian medali perak. Saya tidak tahu, seperti apa perasaan saya waktu itu. Di satu sisi, saya terpukul karena tidak berhasil mendapat emas, dan di lain sisi saya tidak ingin menyesal dan harus tetap bersyukur dengan hasil tersebut. Jiwa saya kosong untuk beberapa saat. Setelah menguatkan diri dan berusaha untuk bersyukur, akhirnya saya bertingkah laku secara normal kembali.

Kenyataan Pahit

Beberapa hari setelah OSN, peserta dapat login ke sistem dan melihat detil perolehan nilai untuk setiap soal. Saya kaget ketika melihat nilai untuk soal waterfall hanya 25. Begitu saya ingat-ingat kembali, ternyata saya MELAKUKAN SETITIK KESALAHAN. Seharusnya air dijatuhkan dari koordinat y = -1, tetapi di kode saya y = 0. Karena itu, saya kehilangan 60 poin (seharusnya bisa 85, peringkat 3, medali emas) dan jatuh bebas ke peringkat 8. Apa yang telah saya lakukan!? Mengapa dalam waktu 2 jam di akhir itu saya bisa melewatkan hal sefatal itu!?

Sekujur tubuh saya lemas, menyadari bahwa satu titik masa depan saya diganggu hanya oleh beberapa karakter dalam kode. Saya gagal mendapat emas, artinya gagal mendapat keringanan kuliah. Setiap kali melihat medali perak kedua saya, rasanya sedih. Entah bagaimana saya harus menghadapi kenyataan yang saya rusak oleh tangan sendiri :'(

Setitik Harapan

Beberapa hari kemudian, saya mulai pulih dan bisa menerima kenyataan. Saya mulai berpikir bagaimana bisa mengubah keadaan saat ini, dan ternyata ADA CARANYA. Yaitu: mendapatkan medali di IOI!

Lalu apakah mungkin? Melihat kondisi saingan, posisi saya cukup baik, tidak kalah oleh mereka. Artinya, saya memiliki peluang untuk menjadi anggota 4 besar TOKI 2011.

Saya sadar, mungkin bunda pertiwi tidak suka dengan saya yang berpikiran kekanak-kanakan; ingin mendapatkan medali emas, lalu tidak lagi peduli dengan Pelatnas atau OSN. Menjadi seorang medalis OSN bukan berarti berhasil mendapat kemudahan, melainkan mendapatkan tanggung jawab untuk berjuang di tingkat yang lebih tinggi. Alam semesta ingin saya bekerja lebih keras, dan berjuang untuk IOI. Dengan demikian, saya menerima keadaan dengan lapang dada. Melihat medali perak saya yang kedua tidak lagi membuat saya sedih, melainkan memberikan dorongan untuk bangkit dari keterbelakangan. Saya akan menerima hal ini sebagai tantangan!


Sekuel kisah perjalanan di TOKI:

18 komentar :

  1. merinding baca tulisan ini,bagus banget kak,bisa jadi renungan buat saya,semoga bisa ngasih yang terbaik di OSN 2014 nanti :')

    BalasHapus
  2. Pengalaman yang benar-benar hebat kak.Pantang menyerah dan terus kuat menghadapi situasi yang ada.

    BalasHapus
  3. LOL :v... ternyata tiap orang punya ceritanya pas OSN :v... harusnya kita pernah ketemu di Medan ._. :v... aku urutan 31 waktu itu :v... masih nubitol :v...

    BalasHapus
  4. Update dong update ka :3
    seru nih ceritanya hehe.

    BalasHapus
  5. kak, emang dulu belum ada sistem token ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya belum ada, jadi hanya di-grade berdasarkan sample case. Nilai akhir hanya diketahui setelah OSN berakhir :))

      Hapus
  6. tolong ajarin aku...bagaimana cara untuk mengatasi kegagalan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kegagalan sudah terjadi, tapi bukan berarti akan selalu terjadi
      bangkit, dan hadapi tantangan ke depannya

      Hapus
  7. Kk cerita nya keren.. saya jadi terinspirasi.. saya juga berencana ingin mengikuti olimpiade sains komputer yang kedua kalinya si tahun 2016.. bole dibantu doa ya hehe.. btw kalo bole saya pengen bisa berdiskusi sama kk.. kalo bole mohon di add ya pin saya 57B0957C .. makasih ya kak.. salam anak Medan.. salam anak OSN komputer... "Go Get Gold!!!"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo juga, sukses ya buat OSN tahun 2016.
      Kalau mau diskusi bisa lewat FB saja :)

      Hapus
    2. Cari aja, pakai nama William Gozali kok

      Hapus
    3. Gak ada kak hehehe.. bole search pake email?

      Hapus
    4. Alamat email facebook nya apa ko?

      Hapus
    5. Jangan pakai email. Ada kok.
      Udah ke-add kan?

      Hapus
    6. oh ternyata saya salah orang
      saya baru ingat bisa lewat sini: https://www.facebook.com/gyoshh

      Hapus
    7. Pernah juga ngalamin kejadian kek gitu,pernah hampir rank 3 gara" sebuah sama dengan wkwk

      Hapus