Senin, 27 Juli 2015

ACM ICPC World Final 2015 - Morocco (Bagian 1)

Tim BerinGAS mendapat peringkat 4 pada ICPC Regional Jakarta 2014 yang lalu. Saya sudah putus harapan untuk bisa lolos ke World Final (WF), mengingat biasanya hanya 3 besar yang mendapat tiket ke WF. Namun pada awal tahun 2015, saya sedikit penasaran juga apakah tim kita mendapat slot WF. Saya sering-sering cek blog CJ Hwang, berharap infonya segera muncul.

Suatu hari, saya sangat mengantuk dan sudah tidur sekitar 21.30. Pagi-pagi jam 05.00 saya bangun dan dikagetkan dengan notifikasi di HP. Setelah saya cek, banyak yang memberi selamat karena tim BerinGAS BERHASIL MASUK KE WF 2015! Saya yang tadinya sudah siap-siap pensiun jadi kembali harus latihan. Saya juga harus mengatur ulang rencana hidup selama 6 bulan ke depan yang sebelumnya sudah dirancang dengan asumsi tanpa WF. Saya langsung mundur dari kerja paruh waktu, memilih topik skripsi yang ringan, dan mengalokasikan waktu untuk latihan.

Keadaan

Setelah 15 tahun berjuang di ACM ICPC, tim UI akhirnya masuk ke WF pada tahun 2014. Tahun ini, UI masuk lagi untuk kedua kalinya. Tim UI yang berangkat untuk ke WF adalah Pak Denny (coach), Ammar, Soko, dan saya.

Lokasi WF tahun ini adalah di kota Marrakesh, Maroko. Lokasinya di Afrika utara, dekat dengan Eropa barat.
Sumber: http://www.freeworldmaps.net/africa/morocco/location.gif

Saya membayangkan tempatnya seperti perkotaan yang identik dengan warna oranye, mosaik motif Islami, unta, dan penduduknya merupakan negroid. Saya tidak banyak melakukan riset tentang lokasinya, berhubung sebelum berangkat ke WF cukup disibukkan dengan kegiatan TOKI, skripsi, dan latihan.

Penerbangan yang perlu kita tempuh cukup rumit. Kita transit di Singapura untuk pergi ke Paris. Dari Paris kemudian ke Casablanca (kota di Maroko). Dari Casablanca baru ke Marrakesh dengan pesawat lokal. Mengapa demikian? Supaya murah! Lagipula lumayan juga saya bisa numpang menginjakkan kaki di Paris, yang selalu terdengar kota megah.

Hari 0

Saya berangkat dari rumah 16.00, saat itu CGK agak ramai. Mungkin karena banyak orang yang mau pergi jalan-jalan ke luar negri. Sampai di terminal 2E, langsung bertemu dengan rekan-rekan BerinGAS dan Pak Denny. Kami berfoto-foto dan langsung naik pesawat AirFrance.

 
Pesawat AirFrance

Rute pertama adalah Jakarta-Singapura, mulai pukul 19.30. Tadinya sempat mengira tidak mendapat makanan, jadi saya sudah siap sedia membawa roti-roti dan cemilan. Namun ternyata ada! Saya tidur sepanjang perjalanan, lalu makan, dan menonton film di layar hiburan.

Kemudian kita tiba di Changi Airport sekitar pukul 21.30 WIB, atau sama dengan 22.30 waktu Singapura. Penerbangan berikutnya adalah 23.30 waktu singapura. Masih ada waktu 1 jam, jadi kami chillin' di airport. Saya sambil menulis dan merapikan soal untuk training gate TOKI.

Tiba di Changi Airport

Di Changi Airport, botol minum saya bocor. Tadinya saya menyisakan beberapa teguk di botol sebagai cadangan, dan supaya bisa lewat bagian imigrasi. Karena itu saya harus membongkar tas dan mengatur posisi barang-barang rawan kena air, seperti elektronik. Lalu saya secara tidak sengaja merobek amplop untuk team notebook yang harusnya dikumpulkan! Pelajaran: lain kali bawa cadangan amplop (memang ada lain kali?).

Rute selanjutnya adalah Singapura-Paris, naik pesawat yang sama juga. Saya duduk ditengah orang bule. Makanan malam itu agak aneh, saya mendapat nasi dengan "mutton" (ternyata domba, setelah saya googling) dan brokoli rebus. Yang aneh adalah nasinya, panjang-panjang dan lunak. Rasanya seperti pop-mie yang diremas-remas sampai hancur menjadi potongan mie pendek, dituang air panas, seduh, lalu airnya dibuang. Bisa jadi nasinya adalah nasi instan (?). Makanan lainnya adalah semangkuk kacang kedelai dan jagung yang banyak. Ada juga makanan seperti bola-bola berwarna putih dan berkuah. Setelah saya cicip, bola-bola ini ternyata seperti kapas, digigit kuah serapannya seperti diperas. Anehnya lagi, kuahnya sangat manis. Saya tidak tahu apa itu, yang pasti karena lapar saya makan saja semuanya.

Hari 1

Masih di pesawat, dan kami harusnya tiba pukul 07.40 pagi di Paris. Karena sudah tengah malam, saya tidur. Pencahayaan di pesawat juga meredup, jadi kalau mau menonton jadi terlalu silau atau melakukan hal lain jadi sulit.

Beberapa saat kemudian saya terbangun, dan rasanya perut saya tidak enak. Rasanya ingin ke toilet, tapi tidak enak membangunkan orang bule di sebelah saya. Akhirnya saya tahan-tahan dulu. Kemudian saya penasaran, sudah jam berapa sekarang. Ternyata jam hp saya menunjukkan sekitar pukul 08.30, pantas saja perut saya tidak enak karena memang sudah jam biologis saya untuk buang muatan. Oh ya, sepertinya kacang kedelai yang saya makan itu meningkatkan gas dalam perut, memberikan efek perut tidak enak yang lebih dahsyat. Setelah sekitar 15 menit berlalu, akhirnya si bule di sebelah saya bangun untuk mengganti posisi tidur. Saya langsung minta izin lewat, dan akhirnya saya bisa ke WC.

Saya bingung, padahal sudah 09.00 tapi belum juga sampai ke Paris. Tiba-tiba saya diberi makan lagi, dan itu menjadi pertanda perjalanan masih panjang. Setelah itu saya sadar bahwa 07.40 yang dimaksud adalah waktu Paris. Ternyata perjalanan masih berjam-jam lagi :|

Saya mulai merasa seperti orang-orang di film wall-e, duduk di kursi, makan, tidur, dan nonton layar hiburan. Selama perjalanan, saya menyadari bahwa orang di kiri saya (duduk dekat jendela) tidak pernah keluar untuk ke WC, padahal dia minum bir, makan, dsb. Hebat sekali ya lebih dari 13 jam tanpa ke WC sedikitpun :|

Akhirnya jam hp saya menunjukkan 12.48, dan pesawat akhirnya tiba di bandara Charles de Gaulle. Saya merenggangkan badan dan turun pesawat. Suasana di kawasan bandara tidak terlalu ramai, dan udaranya sejuk (seperti Moscow). Saya jadi ingat perkataan orang Prancis yang saya temui di IOI 2014, bahwa sebenarnya Prancis tidak seperti yang orang kira, yaitu penuh gedung mewah, kota besar, dsb.

Setelah memasuki bandara, kami menemukan kursi santai dan colokan listrik. Saya pun online, membaca email, dan membalas beberapa chat dari teman-teman. Selain itu, saya kembali mengerjakan soal TOKI Training Gate. Kali ini rancangan soal selesai dan langsung saya kirim ke para pengembang web training gate.

Kami juga terpaksa makan di bandara, berhubung sudah jam makan siang. Kami ke food court, dan melihat-lihat menu. Ada daging ham dengan dua pilihan tambahan: kentang goreng atau ratatouille (seperti yang di film Pixar). Berhubung kentang goreng sudah sering saya makan, jadinya saya coba ratatouille. Ternyata hanya cah campuran sayuran seperti terong, wortel, paprika, dsb dan dibumbui lada.

Suasana bandara Charles de Gaulle, Paris

Kursi chillin' sambil menikmati matahari pagi

Ada PS3 di sini!

Ruang tunggu bandara

Rute berikutnya adalah dari Paris ke Casablanca, suatu kota di Maroko. Kami naik AirFrance lagi, kali ini dengan pesawat yang lebih kecil. Di dalam pesawat saya menulis TOKI Training Gate lagi, dan untungnya selesai. Selama di pesawat kami juga bisa melihat perjalanannya, mulai dari melewati pegunungan, melewati laut Mediteranian, lalu sampai di dataran Afrika. Terlihat tanah yang warnanya cokelat oranye, dan rasanya terlihat panas sekali. Kalau kata Soko "lihatnya aja udah haus".

Kami tiba di bandara Mohammed V, lalu menukarkan uang dan pergi ke stasiun kereta di bawah bandaranya. Secara mengejutkan, hembusan anginnya tidak panas. Ketika kereta sudah berjalan, udara di kotanya seperti udara di Bogor. Benar-benar mind blown, saya kira udaranya panas dan kering!

Suasana bandara Mohammed V, Casablanca

Stasiun kota

Keluar dari kereta, kami menuju penginapan yang letaknya di seberang stasiun. Setelah menaruh barang, kita pergi ke luar untuk makan malam. Suasananya masih terang, padahal sudah 20.00. Udaranya pun sejuk! Di mana-mana bisa terlihat pohon palem. Suasana gedung-gedung tuanya terlihat seperti lokasi permainan Prince of Persia. Rasanya cocok juga untuk dijadikan tempat main street football. Oh ya, berhubung dekat laut, sesekali bisa terhirup aroma asin.

Mengenai penduduk, ternyata orang-orangnya lebih ke arah Arabic. Saya tidak melihat ada orang negroid di sini. Orang-orang sini menyambut dengan baik berhubung kita dari Indonesia. Saya dengar dari Pak Denny bahwa hubungan negara Maroko dengan Indonesia baik.

Kota Casablanca (bukan Kokas!)

Akhirnya kami makan di suatu restoran turis, karena tidak menemukan restoran yang lebih murah. Saya makan masakan di Tajine dengan ikan, kentang, wortel, dan rempah-rempah. Kami juga diberikan sebakul roti-roti keras. Saya habiskan roti itu sebagai pengganti nasi. Secara umum rasanya cocok dengan selera Indonesia :) walaupun harganya mahal...

Tajine ikan

Setelah makan kami pulang ke hotel Ibis, mandi, dan langsung tidur.

Hari 2

Pagi ini bangun 7.30. Saya makan sedikit sisa roti yang dibawa dari Jakarta, dan mulai packing. Rencana hari ini adalah jalan-jalan di sekitar Casablanca, naik kereta ke bandara pukul 14.55, lalu naik pesawat ke Marrakesh.

Merencanakan strategi perang

Sambil berjalan-jalan, kami melihat suasana kota Casablanca (bukan kokas). Di sini banyak pohon palem, langitnya tidak berawan, tidak begitu ramai, dan bersih. Banyak orang berjalan kaki, trotoarnya luas dan udaranya sejuk.

Langit kota

Suasana pasar

Kami berjalan sampai ke pasar untuk sarapan. Ada dua alternatif, yaitu makan roti atau sarapan di suatu restoran. Kami mencoba makan di suatu tempat yang bertuliskan "Poisson". Kemudian kami ditanya "you want fish?". Karena kita sudah biasa makan ikan, maka kita jawab "yes". Sambil duduk-duduk kami diberikan roti-roti yang sifatnya all you can eat.

Penyimpanan roti all you can eat

Kemudian pelan-pelan datang makanan seperti salad (tomat, bawang, paprika), sambel, dsb sampai mejanya penuh dengan piringan. Saya agak bingung karena kita tidak benar-benar memesan makanan lainnya selain "fish". Setelah beberapa menit berlalu, datanglah "fish" yang ternyata alumunium foil bakar berisi dari:

  1. 3 ekor ikan entah apa, bentuknya pipih, tanpa kepala, sepanjang 2x jari kelingking
  2. 3 ekor ikan entah apa lagi, bentuknya gilig, dengan kepala, sepanajng 2x jari kelingking
  3. Sekumpulan udang

Porsinya sangat banyak, dan kata Pak Denny "berprotein sekali sarapan ini". Saya makan dan kenyang sekali. Kemudian saat membayar, ternyata harga 1 porsinya 80 Dh, dengan pernak pernik salad, sambal, teh, dsb +40 Dh. Ujung-ujungnya per orang sekitar 120 Dh == 180rb Rupiah... Wah sepertinya kita makan Fish n Co di pasar ini. Curang juga sih pedagangnya, kita langsung diberi banyak makanan padahal hanya memesan "fish".

Setelah sarapan itu kami berjalan menuju katedral dan masjid. Sambil berjalan, kami bertemu sesosok 3 anak muda didampingi 1 orang lebih tua. Pola ini sangat cocok dengan kontingen ICPC. Pak Denny menghampiri mereka dan berbincang-bincang dengan mereka.
"So where do you come from?"
"Singapore, but we are all vietnamese"

Sambil berjalan kita menemukan tempat foto yang bagus, lalu berfoto-foto di sana. Kita juga menemui tempat yang penuh dengan burung merpati, lengkap dengan penjual biji jagung dan fotografer di sana. Orangnya cukup baik, mau membantu pengaturan pengambilan foto.

Kami juga mampir ke toko suvenir, yang pemiliknya ramah. Sayangnya barang-barang di sini agak mahal, jadi saya hanya membeli sebuah topi khas daerah timur tengah. Sebagai sampingan, Pak Denny mendapat info untuk mengakses katedral dan masjid dengan mudah, yaitu dengan berjalan kaki kemudian naik taksi.

Palm... palm everwhere...

Tempat penuh burung merpati

Lihat pohon palem di kiri pintu? 
Sepertinya itu palem tertinggi yang pernah saya lihat

Setelah mengunjungi katedral, kami naik taksi ke masjid. Masjid ini sangat besar, dan majestic. Di sisi masjid ini berbatasan langsung dengan pantai, dengan ombak yang besar. Tempat ini sangat mengagumkan.

Masjid dari luar

Tampak dalam masjid

Kami kembali menuju penginapan sambil mampir ke KFC untuk makan siang. KFC di sini rasanya tidak berbeda jauh dengan KFC di Indonesia. Bedanya adalah mereka tidak menyajikan nasi. Kami memesan burger biasa saja, dan entah mengapa diberikan roti tambahan yang bentuknya seperti roti burger.

Setelah berberes-beres di penginapan, kita menuju stasiun kereta untuk menuju bandara. Sesampainya di bandara, kami mulai bertemu banyak "paket 3+1". Dugaan kami benar, karena salah satu dari mereka menghampiri kita untuk berkenalan. Mereka berasal dari Mesir. Ada 3 orang ditambah seorang atendee dan mereka berkata:

"Hi, I'm Ahmed"
"I am also Ahmed"
"and I am also Ahmed"
"I'm not Ahmed, I'm Muhammad"

Kemudian Pak Denny bertanya "where is your coach?". Mereka menunjuk ke suatu arah, kemudian coach mereka datang dan berkata
"I'm not Ahmed or Muhammad, I'm Mahmud"

Kami berbincang-bincang, dan mereka sangat ramah. Tak lama kemudian tiba waktunya untuk naik pesawat. Ternyata pesawatnya adalah pesawat kecil dengan baling-baling seperti pesawat dari Bali ke Lombok. Karena terbangnya tidak terlalu tinggi, kita bisa melihat dataran yang dilewati lewat jendela.

You have one job

Pesawat kecil

Pemandangan dari langit

Akhirnya kami sampai juga di Marrakesh, dan cuacanya lebih panas. Kami digiring panitia ICPC ke dalam bus untuk pergi ke hotel dan registrasi. Entah kenapa di dalam bus kita menunggu sangat lama, dan baru berangkat sekitar 30 menit kemudian. Sepanjang perjalanan saya melihat suasana perkotaan di Marrakesh. Kota ini indah, banyak lampu-lampu dan tamannya.

Setibanya di hotel, kami melakukan registrasi kamar hotel. Hotelnya sangat mewah, dengan arsitektur yang klasik dan seperti labirin. Kamar yang kita dapatkan juga mewah.

Setelah menaruh barang, kita menuju tempat registrasi. Berhubung tempat registrasi penuh, kami makan malam dulu. Saya makan secukupnya, berhubung harus pergi ke tempat registrasi lagi dan melihat perkembangannya. Akhirnya kami mendapat giliran registrasi dan didampingi panitia bernama Asya. Orangnya ramah, dan katanya sangat ingin pergi ke Indonesia. Sambil mengurus registrasi kami banyak berbincang-bincang.

Pernak-pernik yang didapatkan pada ICPC ini tidak kalah dibanding tahun lalu. Kami mendapatkan tas yang modelnya sama seperti tas IOI 2010, maskot unta, buku panduan, power bank, kain selendang, tempat alat tulis, dan tulisan kaligrafi nama kita dalam Arabic.

Kamar yang megah

Tempat makan malam yang megah

WC yang megah, ada 2 kloset?? 
Ternyata yang satunya adalah bidet

Selain itu, saya mendapat info bahwa akan ada 100 kacamata hitam untuk peserta yang telah berpartisipasi pada ICPC Quest. Sejauh ini saya tidak begitu menghiraukan aspek ICPC Quest ini, berhubung tahun lalu saya dikecewakan: rajin mengerjakan, tidak mendapat apa2 :(. Namun setelah mendapat petunjuk dari Ammar (yang kebetulan rajin mengerjakan), saya sekedar mengerjakan beberapa quest sederhana untuk memberikan peluang mendapat kacamata hitam. Peluangnya cukup besar, karena saat itu baru ada sekitar 70 orang yang berpartisipasi pada ICPC Quest.

Karena sudah sangat lelah, saya langsung mandi dan tidur.

Daftar bagian tulisan:

Tidak ada komentar :

Posting Komentar