Minggu, 03 Agustus 2014

ACM ICPC 2014 World Final - Ekaterinburg (Bagian 1)

Memasuki pertengahan tahun 2014, saya banyak berpergian yang ada kaitannya dengan competitive programming: Ekaterinburg (Russia) pada akhir Juni untuk WF ICPC, Taipei (Taiwan) pada minggu ke-3 Juli untuk menjadi anggota delegasi Indonesia pada IOI, dan Mataram (Lombok) awal September untuk menjadi juri OSN 2014. Ketiganya adalah pengalaman yang sangat berharga, oleh karena itu akan saya tuliskan ceritanya. Tentunya untuk tulisan ini, saya akan membahas tentang WF di Ekaterinburg.

Keadaan

Setelah 15 tahun perjuangan, akhirnya UI berhasil terkualifikasi ke ACM-ICPC World Final. Kami menduduki peringkat 6 pada ACM-ICPC Regional Phuket pada tahun 2013 yang lalu, dan berkat itu kami lolos. Tim UI yang berangkat untuk ke WF adalah Pak Denny (coach), Ashar, Aji, dan saya.

Kami berangkat tanggal 19 Juni, meskipun WF dimulai tanggal 22 Juni. Mengapa demikian? Karena tidak ada jadwal penerbangan yang tepat, sehingga perlu menginap di Moscow untuk tanggal 20 dan 21. Saya akan menceritakan hari per hari sejak tanggal 19 - 28 Juni.

Orang Russia menggunakan bahasa Russia (ру́сский язы́к), dan sangat bangga dengan bahasa tersebut (info dari Ashar). Mereka tidak belajar Bahasa Inggris, mungkin kasusnya sama seperti orang Jepang. Untungnya Ashar sudah mengambil kuliah bahasa Russia pada semester yang lalu, untuk mengantisipasi hal ini :) Ashar bisa membaca dan berbicara sedikit bahasa tersebut.

Karena agak jauh dari lautan, orang Russia tidak terlalu makan seafood. Kebanyakan makanannya terdiri dari roti-rotian, daging ayam, sapi, babi, dan hewan berkaki empat lainnya.

Hari 1

Hari ini saya berangkat dari rumah pukul 3.30 pagi. Jalanan masih sepi jadi tidak macet. Ternyata saya sampai di bandara Soekarno Hatta jam 4.00, padahal waktu berkumpul yang ditetapkan adalah 4.30. Untungnya sudah ada Ashar yang naik taksi dari Depok dan sudah sampai. Saya pamitan dengan keluarga dan menunggu bersama Ashar. Tidak lama kemudian Aji dan Pak Denny juga datang. Penerbangan dilaksanakan pukul 7.30, dengan pesawat Emirates. Sepertinya seumur-umur saya belum pernah naik pesawat sebesar itu dan keluar dari Asia (lho memangnya pas IOI ke mana? Thailand).

Di dalam pesawat, fasilitasnya cukup lengkap. Ada bantal, selimut, dan layar hiburan beserta headset. Pada layar hiburan, diputar film/musik pada beberapa chanel, dan ada jadwalnya. Jadi kita tinggal menentukan acara mana yang mau ditonton dan tunggu saja jam mainnya. Aji dan Pak Denny nonton Robocop, Ashar tidur, dan saya nonton film dokumenter binatang liar. Lumayan menghibur, berhubung penerbangannya membutuhkan 7 jam. Oh ya, penerbangan ini tujuannya ke Dubai, baru kita transit ke Moscow. Makanan yang disajikan juga lucu-lucu (baca: asing), seperti roti dengan selai sayur (?).

Sesampainya di Dubai, kita memeriksa apakah ada fasilitas wifi. Ternyata ada! Sayangnya hanya bisa 30 menit saja. Jadi kita segera membalas chat, membalas email, dan menghubungi orang-orang rumah. Setelah waktu 30 menit habis, Ashar menemukan bahwa kita hanya perlu menghapus cookies dari browser, lalu didapat lagi 30 menit! Intinya kita bisa internetan untuk selamanya, asal setiap 30 menit sekali dihapus cookies-nya. Saya juga mendapat email dari Bu Inge untuk memberikan ukuran baju (lebar bahu, lingkar dada, dsb) untuk keperluan seragam IOI mendatang! Waduh bagaimana mungkin saya mengukur di saat seperti itu! Akhirnya saya mengambil kabel USB, memberikan skala cm pada kabel itu dengan apps penggaris yang baru diunduh, dan pergi ke WC untuk mengukur diri. Oke, kemampuan bertahan hidup saya sepertinya bertambah baik.
Bandara Dubai yang seperti mall

Chillin' (kata-kata dari panitia penyelenggara untuk "bersantai")

Ketika browsing dengan wifi, awalnya kita dihadapkan pada halaman "welcome" fasilitas wifi di airport yang bertuliskan "boing" atau "boeing". Sejak saat itu, muncul istilah "boing-boing" di antara kita yang artinya sedang mengakses internet. Contoh "eh gua boing-boing dulu" atau "gawat boing-boing gua udah mau abis, harus hapus cookies".
Di bandara Dubai, kita juga membaca informasi tentang ICPC Quest, yaitu tantangan dari panitia penyelenggara untuk tweet foto-foto yang rinciannya diberikan dari mereka. Contohnya: foto dengan orang berjenggot, foto suatu grafiti, dsb. Setiap tantangan akan memberikan beberapa poin, dan poinnya bisa digunakan untuk mendapatkan suvenir saat ICPC nanti.

Akhirnya 4 jam menanti di bandara Dubai habis dengan menyenangkan berkat "boing-boing". Kita pun segera naik pesawat ke Moscow. Di pesawat, mayoritas penumpangnya adalah bule yang terlihat seperti orang Russia (tubuh tinggi langsing, hidung lancip, rambut pirang). Pesawat Emirates yang kita naiki ini lebih besar dari sebelumnya, dan terdiri dari 2 lantai. Layar hiburan yang ada juga resolusinya lebih bagus, ada socket listrik, socket USB, dan kita bisa memilih mau memutar film/lagu apa kapan saja (seperti video player). Penerbangan berlangsung 5 jam, dan kita makan malam di pesawat. Saya mencoba nasi + daging domba, yang ternyata rasanya seperti nasi + bongkahan adonan kacang kedelai (hmm mungkin Anda tidak tahu makanan ini, tetapi ini populer di kalangan orang vegetarian - meskipun saya bukan vegetarian).

Layar hiburan yang wow

Waktu menunjukkan jam 22.00, tapi matahari masih bersinar cerah di luar pesawat. Matahari baru mulai terbenam pukul 23.00, dan rasanya lucu sekali. Pesawat tiba di Moscow jam 00.00, dan kita menanti klaim bagasi selama 30 menit. Maklum, pesawatnya besar jadi penurunan barangnya juga lama.

Tiba di Moscow

Selanjutnya kita naik taxi ke hotel, dan tiba pukul 1.00. Saya langsung tidur di kasur tanpa bantal untuk meluruskan tulang punggung + leher, tapi jadinya difoto dan jadi meme. Oh ya, Moscow lebih lambat 3 jam dari Jakarta. Jadi pukul 1.00 hampir sama maknanya dengan pukul 4.00, pantas saja saya sangat mengantuk.

Silakan googling "in Russia jokes", Anda akan mengerti

Hari 2

Kita bangun jam 6, yang sama saja dengan jam 9 WIB. Kami langsung bergegas ke luar hotel untuk menukar uang dan mencari sarapan. Di sini, Rp 400,00 sama dengan 1 Rub. Sempat terjadi kesalahan konversi di antara kita, sehingga menganggap Rp 4.000,00 rupiah sama dengan 1 Rub, sehingga harga makanan seperti kebab atau sandwich di pinggir jalan menjadi seharga Rp 350.000,00. Untungnya segalanya beres, dan kita makan kebab yang besar dan isinya daging ayam.

Toko kebab

Setelah makan, kita jalan kaki untuk melihat-lihat keadaan sekitar. Ternyata saat itu Russia sedang musim panas. Judulnya sih panas, tapi suhunya 17 derajat celcius ditambah hembusan angin yang membuat badan mengigil. Kotanya sangat bersih. Ada banyak kursi untuk chillin' lengkap dengan tempat sampah dan taman kota. Orang-orang di sini berjalan sangat cepat, dan jalannya di sisi kanan. Beda dengan di Indonesia, kita jalan di kiri atau asal-asalan. Akibatnya sering membingungkan orang lokal di sini. Ujung dari jalan-jalan ini adalah kebun binatang, yang kita hanya berniat untuk melihat wujudnya saja (tidak bermaksud masuk ke dalam). Setelah itu kita pulang dan mampir ke toserba untuk membeli minuman, beras (ide Aji), dan cemilan. Perjalanan ini saja cukup melelahkan, kita berjalan sekitar 3 jam non-stop.

Ada sebuah tulisan di toko yang menarik perhatian saya, yaitu tulisan "algoritm-shop". Meskipun tulisannya bukan "algorithm", tapi tetap saja lucu. Sehingga saya ambil fotonya dan jadikan meme:

Kembali ke hotel, kita menyelesaikan urusan keuangan yang tadinya dibingungkan, sambil mandi-mandi.
Siangnya, kita makan di KFC. Di KFC sini tidak ada menu nasi, jadi kita membeli bucket berisi ayam yang banyak (harganya tidak mahal!). Ternyata ada 3 potong ayam, 9 potong chicken wing, dan 4 potong daging seperti katsu. Dimakan bertiga dengan Ashar dan Aji, rasanya kenyang juga. Rasanya mirip dengan KFC Jakarta, tetapi lebih berminyak dan asin. Saya dan Aji tidak bawa air minum, sehingga harus berhemat dengan stok minumnya Ashar.

KFC di gedung tua

Selanjutnya Pak Denny mengajak kita pergi ke pusat kota, naik kereta bawah tanah yang biasa disebut "metro". Kalau saya lihat, struktur metro di sini sangat efisien, mau kemana-mana rasanya cepat dan mudah. Waktu tunggu stasiun untuk datangnya kereta hanya 1 menit. Artinya, selalu ada kereta setiap menitnya. Keretanya juga melaju dengan sangat cepat. Kekurangannya adalah menimbulkan suara bising. Tidak masalah, keretanya kan berjalan di bawah tanah.

Kami mulai dengan ke Teater Bolshoi, lalu berjalan ke Red Square dan melihat-lihat daerah sana. Kebetulan daerah Red Square banyak objek wisatanya, seperti Kremlin, dan gereja St Basil (akan saya tunjukkan foto-fotonya nanti).

Daerah yang kami kunjungi dilingkari warna merah, semuanya dengan jalan kaki!

Sesampainya di tempat tujuan, Pak Denny segera mengeluarkan tripod untuk foto-foto. Aji mulai memotret dengan kamera hp, tetapi mendadak didatangi oleh polisi yang entah berkata apa dalam bahasa Russia. Ternyata, dilarang memotret! Kita bingung karena orang-orang lain juga ada yang memotret dengan hp, sementara kita tidak boleh. Tidak lama kemudian polisi itu pergi, dan kita foto lagi. Setelah kita analisis lebih lanjut, ternyata kita tidak boleh memotret yang ada si polisinya, tetapi boleh memotret yang lain. Mungkin dia hanya paranoid, takut difoto oleh Aji.

Kegiatan selanjutnya diisi dengan mengunjungi Red Square, untuk foto-foto dan melihat keadaan sekitar. Tata ruang kota di Russia kelihatan sangat baik!

Hmm apa sebenarnya kubah-kubah itu?

Kawasan Red Square

Gereja St Basil, objek yang terkenal di Moscow

Malamnya, saya dan Pak Denny memutuskan untuk berjalan-jalan mencari makan, Ashar dan Aji memutuskan untuk makan mie instan di hotel. Saya dan Pak Denny menemukan beberapa barang yang lucu, seperti kacang-kacangan yang belum pernah saya lihat, mash potato instant, roti-rotian, dan sebagainya. Untuk makan malam, Saya dan Pak Denny beli ayam 1 ekor yang dipanggang (dan diputar-putar selama berjam-jam). Harganya 220 Rub, jadi 110 Rub per orang dan sekitar Rp 44.000,00. Kita kembali ke kamar dan saya menggunakan mash potato instant sebagai penganti nasi. Puas juga makan ayam 1/2 ekor dengan kentang.

Puas

Seusai makan, kita kembali ke kamar dan langsung tepar. Maklum, hari itu saya memecahkan rekor berjalan, yaitu 21.065 langkah sehari. Itu sama saja dengan 4 setegah harinya saya berjalan seperti biasanya dikompres menjadi 1 hari. Oh ya, angka itu saya dapatkan dari aplikasi pedometer di ponsel.

Hari 3

Saya bangun jam 5.30, yang sama saja dengan jam 8.30 di Jakarta. Saya langsung ke tempat Ashar karena mereka whatsapp ke saya, katanya kedinginan dan butuh energen (saya yang membawa belanjaan energen pas di Jakarta). Biar greget, energennya rasa jahe. Aji minum yang rasa jahe, sementara saya dan Ashar iseng minum teh sachetan di kamar hotel "flying dragon green tea" yang ternyata rasanya seperti teh di warteg Depok :|

Sarapan kali ini di hotel, dan baru tersedia jam 7.30. Makanannya seperti sosis, roti, kue, kentang, dan sereal. Saya menyimpan energi dengan makan yang banyak. Sambil sarapan, kita membicarakan mau pergi ke mana saja hari ini. Ada beberapa kandidat solusi, seperti museum astronomi, tempat permainan "claustrophobia", dataran tertinggi di Moscow, dan universitas terkenal. Setelah kembali ke kamar dan mandi, kita baru tentukan rute terbaiknya seperti apa. Didapat: ke universitas, dataran tinggi Poklonnaya, kota tua Arbat, lalu kembali.

Merencanakan strategi "perang"

Kita naik metro dan sampai di universitasnya. Kampusnya sangat besar, dan gedung untuk 1 fakultas bisa sebesar 1 mall tingkat menengah di Jakarta. Karena kantin di universitas tutup, kita terpaksa keluar untuk makan. Akhirnya kita sampai pada suatu mall, dan makan di sana. Sebelum itu, Pak Denny ajak mampir ke toko mainan "IQ Toys". Ternyata hanya namanya saja seperti itu, isinya hanya mainan2 biasa. Tetapi saya menemukan sesuatu yang eksotis, yaitu lempengan besi yang bisa dirakit menjadi sesuatu. Saya membeli model menara pisa, karena terlihat paling menantang, dan harganya bersahabat. Kita makan di restoran jepang, dan ternyata banyak orang asia timur yang makan di sini (mungkin karena mereka menyediakan nasi).

Aji di stasiun metro

Universitas besar

Power nap saat mengembara

Kawasan Poklonnaya Hill - Park Pobedy

Kita pergi ke kawasan Old Arbat, yang mirip seperti kota tua. Di sini, banyak street performer, toko, dan kafe. Saya membeli boneka Matroshka dan jalan2 saja.

Kawasan Old Arbat

Pada saat kembali ke hotel, hujan menjadi deras dan kita tidak bisa mencari makan terlebih dahulu. Akhirnya di hotel kita memasak beras yang dibeli pada day 2, dan makan dengan lauk seadanya. Untungnya Aji dan Ashar membawa 3 butir telur rebus yang rencanannya dijadikan cadangan makanan.

Semuanya tepar pada hari itu, maklum kita berjalan 16.000 langkah. Pergelangan kaki saya juga sangat pegal, dan ingin segera istirahat untuk penerbangan esok hari ke Ekaterinburg. Oh ya, saat bepergian hari ini kami bertemu "pikachu" di metro.


Lanjut ke: Bagian 2 Bagian 3

Tidak ada komentar :

Posting Komentar