Sabtu, 09 Agustus 2014

IOI 2014 - Taipei (Bagian 1)

Sesuai pengumuman akhir Pelatnas 3 TOKI 2014, peserta berbincang-bincang tentang masa depan dan masa lalu (simulasi terakhir yang mereka hadapi). Tiba-tiba, Pak Yugo bilang ke saya:

"Kamu tahu?"
"Apa Pak?", jawab saya
"Kamu ikut"

Ternyata saya dipercayai pembina TOKI untuk mendampingi 4 besar TOKI di IOI 2014, Taipei - Taiwan. Menurut informasi, seharusnya yang berangkat adalah Ashar. Namun karena dia berhalangan pada tanggal tersebut, saya yang diminta tolong.

Entah sejak kapan, ada alumni TOKI yang ikut ke IOI untuk membantu anggota delegasi Indonesia. Misalnya tahun 2011 Brian dan 2012 Risan. Tugasnya membantu translasi soal, ikut rapat teknis, menyerap ilmu untuk diterapkan di OSN, dan sebagainya. Rasanya senang sekali saya mendapatkan kepercayaan seperti ini, dan saya akan melakukannya sebaik mungkin!

Persiapan

Sebagai langkah awal menjadi pendamping, kita harus dekat dulu dengan peserta. Oleh karena itu saya mulai dengan mengirimkan email-email terkait Pelatnas 4. Saya memanggil mereka dengan "GoF - Gang of Four". Panggilan ini juga diberikan kepada 4 besar TOKI 2011 (zaman saya). Saya juga mengamati kemampuan mereka, kuat-lemahnya, dan kebiasaan-kebiasaan mereka saat kontes. Saya juga membaca silabus IOI, untuk persiapan rapat delegasi nantinya. Harapannya apa yang saya persiapkan saat itu bisa berguna saat IOI nanti.

Keadaan

Komposisi tim yang berangkat adalah:
  • Bu Inge - delegation leader
  • Pak Rully - deputy leader
  • GoF - contestant
  • saya - guest (membantu anggota delegasi)
  • Jordan - guest (hadir untuk presentasi di konferensi IOI)
  • Pak Sugeng - guest (perwakilan dinas pendidikan)
Jadi totalnya ada 10 orang yang berangkat, wah banyak juga ya.

Saat itu, Taiwan sedang musim panas, dan sampai pada titik terpanasnya pada masa itu. Saya rasa tidak jauh berbeda dengan Jakarta/Depok, berhubung sudah terbiasa dengan kondisi yang panas. Mata uang Taiwan adalah dollar Taiwan (NTD), 1 NTD = Rp 400,00 (sama seperti Rubel!).

Karena merupakan pulau kecil dan dikelilingi lautan, makanan Taiwan banyak seafood-nya. Mereka juga mengkonsumsi ayam, sapi, dan babi. Gaya masaknya serupa dengan chinese food, yang sudah biasa saya makan di Jakarta. Mereka juga terkenal dengan makanan ringan khas Taiwan, yang dijual di pasar malam. Mungkin saya juga bisa mencobanya setelah hari kontes berakhir.

Dalam bahasa, orang Taiwan menggunakan bahasa mandarin tradisional, dan sambilan juga tai-yu (mirip bahasa Hokkien, diucapkan di film-film Daai TV). Sepertinya hanya orang-orang muda dan pengusaha yang bisa bahasa Inggris, seperti halnya di Indonesia. Saya bisa berbahasa mandarin. Namun, cara pengucapan bahasa mandarin di lingkungan saya sedikit berbeda, mungkin karena pengaruh budaya melayu dan Indonesia selama ratusan/puluhan tahun. Meskipun bisa mendengar dan mengucapkan, saya tidak bisa menulis atau membaca (hanya yang sederhana saja yang saya bisa). Oke setidaknya saya akan cukup berguna di sana ketika menghadapi pedagang atau orang lokal.

Tiga tahun yang lalu saya IOI di Thailand, sekarang IOI di Taiwan. IOI di tahun-tahun sekitarnya dilaksanakan di Kanada, Italia, dan Australia. Sepertinya:

Tulisan ini akan menceritakan pengalaman saya selama menjadi anggota delegasi Indonesia dalam IOI 2014. Lebih dari sudut pandang anggota delegasi daripada kontestan. Entah mengapa konten acara di IOI 2014 ini lebih memisahkan antara kontestan dengan pembina, seperti memisahkan daerah tujuan ekskursi. Jadi kalau Anda mau tahu cerita lebih lengkap dari sudut pandang kontestan, silakan hubungi GoF :))

Hari 0

Kita janjian untuk bertemu di Soekarno Hatta sekitar jam 11 siang. Ketika saya sampai, semua orang sudah hadir. Jadi tinggal foto-foto dengan orang tua GoF, lalu check in. Kami menggunakan pesawat Garuda, yang ada kerjasama dengan Taiwan (bahkan ada pramugarinya yang orang Taiwan). Penerbangan ke Taiwan tanpa transit, selama lima setengah jam. Jadwal terbangnya jam 14.30. Sayangnya karena hujan, banyak antrian pesawat, dan penerbangan di-delay hingga 30 menit.

Seperti penerbangan panjang pada umumnya, ada layar hiburan di depan kami. Saya nonton film dan tidur untuk menyimpan tenaga. Setelah melalui penerbangan yang panjang, akhirnya kita sampai di Taipei, bandara Guoyuan jam 21.45. Kami mencari taksi untuk pergi ke hotel Fullon (yang ternyata dibaca Fu-long).

Tiba di bandara Guoyuan

Setelah naik taksi super ngebut, kita sampai di hotel Fullon Taipei City, dan melakukan registrasi. Setelah kunci kamar diserahkan ke kita dan hendak masuk ke kamar untuk istirahat, Bu Inge bertanya ke resepsionis tentang alur registrasi besok. Kemudian Bu Inge merasa ada yang aneh. Masalahnya, mereka tidak tahu besok ada kegiatan IOI, sehingga sama sekali tidak tahu alur registrasinya. Bagaimana mungkin ada acara sebesar itu dan resepsionis tidak tahu apa-apa? Ternyata kita sampai pada Fullon yang salah x( Akhirnya kami naik taksi lagi untuk ke Fullon yang ternyata di *NEW* Taipei City, dengan taksi super ngebut yang lain.

Sesampai di Fullon yang sebenarnya, bisa dipastikan hotelnya benar. Karena sudah ada pernak-pernik IOI di hotel tersebut dan ada panitia yang stand by. Segera diatur penempatan kamar, dan istirahat. Untuk Bu Inge, saya, dan Jordan, kita menginap di hotel Hyatt, karena keterbatasan tempat di Fullon, dan Pak Rully bisa membantu GoF yang berpuasa untuk sahur. Jadi kita naik taksi (untungnya tidak super ngebut) sekali lagi untuk ke Hyatt, sambil memastikan hanya ada 1 hotel Hyatt di Taiwan biar tidak salah lagi.

Saya dan Jordan mendapatkan kamar dan bisa berbaring jam 00.00. Kami keluar ke supermarket dan membeli beberapa kebutuhan dasar seperti air minum dan cadangan makanan. Kami juga melihat orang-orang yang bersepeda dan membawa anjing jalan-jalan pada jam tersebut (00.00!). Setelah beres berbelanja, kita tidur.

Sampai di kamar

Hari 1

Saya sudah bangun jam 7, lalu mendapatkan email bahwa akan ada jemputan jam 9.30 dari hotel Hyatt, entah ke mana. Dugaan saya ke Fullon, karena segala registrasi dilaksanakan di Fullon. Namun saya tidak mendapat informasi lebih jauh karena orang di hotal Hyatt kurang tahu tentang tempat tujuan jemputan tersebut. Saya mengisi waktu dengan berjalan-jalan di sekitar hotel, menelpon keluarga, sarapan, dan bersantai. Sarapannya mengesankan, ada beberapa jenis mie, dim sum, nasi goreng, atau makanan barat.

Pagi-pagi nonton TV, ada Jokowi

Akhirnya datang panitia IOI, dan benar mobil jemputan itu pergi ke Fullon. Kami naik jemputan itu, dan sampai di Fullon sekitar jam 10.15. Saat itu, kami bertemu dengan guide yang akan menemani kontingen Indonesia selama IOI. Orangnya bernama Teresa Chen. Saya dan Jordan berbincang-bincang dengannya dan memberikan gambaran umum tentang Indonesia, sambil menunggu Bu Inge yang masih di luar. Seluruh kontingen TOKI akhirnya berkumpul pada 11.30, dan langsung melakukan registrasi.

Sesudah registrasi, kita makan siang dan dan menuju kebun binatang Taipei. Ternyata tidak jauh, sehingga langsung sampai. Namun udaranya sangat panas dan lembab. Saya mengakui bahwa panasnya di Taiwan cukup menyiksa, terutama karena kelembabannya. Saya menguping diskusi orang-orang, katanya karena Taiwan dikelilingi pengunungan di tepian pulau, sehingga udara panasnya terperangkap. Ditambah dikelilingi laut, kelembabannya menjadi lebih hebat. Sekali menghirup nafas, rasanya lebih banyak uap air yang terhirup daripada oksigen. Perjalanan selama di dalam kebun binatang membuat saya cepat lelah daripada biasanya.

Di kebun binatang Taipei

Kami ditunjukkan hewan di hutan hujan tropis asia tenggara, yang sebagian besar ada di Indonesia :|, seperti siamang, tapir, orang utan, dan buaya. Saya tidak terlalu tertarik, karena sudah pernah melihatnya di taman Safari. Selanjutnya, kita diajak untuk melihat panda dan anaknya yang baru lahir. Agak kasihan juga, pandanya didalam rumah kaca dengan lantai semen, tanpa pohon asli, struktur kayu-kayu + mainan, dan dilihat banyak sekali orang. Pandanya membelakangi kita, dan terlihat stress.

Panda

Sesudah melihat panda, kami diajak melihat koala, penguin, dan hewan di daerah yang lebih sejuk. Nah kalau ini saya lebih tertarik, karena belum melihat semuanya. Namun cuacanya sangat tidak bersahabat, saya cepat sekali lelah. Bandingkan dengan kemampuan berjalan saya ketika di Moscow atau Ekaterinburg! Karena itu, kami mengakhiri perjalanan setelah melihat reptil dan amphibi, lalu kembali ke gerbang utama untuk beristirahat. Saya mampir ke seven eleven, dan membeli minuman eksotis: jus asparagus. Rasanya seperti air tebu, tetapi tidak semanis tebu. Lumayan menyegarkan setelah melalui perjalanan yang melelahkan itu.

Zona subtropis, banyak orang kelelahan yang ngadem di sini

Jus asparagus

Cokelat yang saya bawa pun meleleh

Sekitar jam 17.00 kami naik bus kembali ke Fullon. Para empat besar menetap di Fullon, dan pembina sekaligus guest (saya, Jordan, Pak Sugeng) naik bus ke Hyatt. Rasanya terlalu berat untuk menjadi hari 1, karena terlalu menguras energi. Semoga saja empat besar bisa beristirahat tenang dan segar untuk practice dan pembukaan hari esok.

Hari 2

Pagi ini bangun jam 7, lalu sarapan dan bersiap-siap untuk ke Taiwan International Convention Center (TICC) untuk melihat peserta mengikuti practice session.

Ternyata TICC tidak jauh dari Hyatt, hanya 5 menit berjalan saja. Namun sebelum memulai practice session, para anggota delegasi diminta untuk menghadiri GA (General Announcement), yaitu forum untuk membahas segala hal yang berkaitan dengan IOI. Untuk GA yang pertama, pembahasannya adalah seputar jadwal GA selanjutnya dan alur kerjanya. Kerja apa? Banyak hal! Anggota delegasi perlu berpartisipasi dalam menentukan soal mana yang akan keluar, memperbaiki isu pada soal, translasi soal, membahas kejadian selama kontes, pengambilan keputusan akhir medalis, kesiapan host tahun-tahun selanjutnya, dan sebagainya.

Suasana GA

Setelah selesai GA, kami pergi ke ruang tempat peserta berkompetisi. Struktur kursinya sudah tidak mengumpul menjadi 4, melainkan berjejer. Penggunaan ruangannya jadi lebih efisien ketimbang yang biasanya. Selama sesi ini, peserta mencoba-coba keyboard, print, mengumpulkan solusi, memeriksa ikuran memori stack, dan sebagainya. Saya memastikan seluruh GoF mencoba sistem yang ada, mulai dari coding (jelas!), print, klarifikasi, dokumentasi bahasa C++, hingga ke WC. Anehnya, klarifikasi tahun ini tidak online, melainkan dengan kertas formulir. Sehingga tidak bisa dicoba sistemnya. Saya juga menghimbau GoF untuk menitipkan alat tulis, obat-obatan, dan jaket ke panitia penitipan barang, supaya besok bisa diakses. Karena cukup ketat pada zaman saya, jaket tidak boleh dibawa, harus dititipkan.

GoF saat practice session

Setelah puas uji coba, kami makan siang dan menuju ke pembukaan. Acara pembukaannya hanya 1 jam, saya rasa tidak banyak acara yang ditampilkan. Saya cukup terkejut ketika ada orkestra di acara tersebut, meskipun tidak terlalu banyak personilnya. Mereka memainkan sound effect secara langsung dan musik pengantar. Kata Jordan "oke musiknya oriental sekali", karena memang gaya musik yang mereka mainkan oriental.

Seperti pada acara pembukaan umumnya, ada berbagai sambutan dari pada petinggi. Acara hiburannya ada tarian barongsai dan naga, lalu yang paling spektakuler adalah permainan yoyo diabolo yang membuat semua orang kagum. Jika seluruh trik yang mereka mainkan tidak ada kesalahan, maka pertunjukkan itu bisa jadi lebih heboh dari permainan drum ketika pembukaan WF 2014 di Ekaterinburg.

Barongsai dan naga


Diabolo yang spektakuler

Selesai pembukaan, peserta dipulangkan ke Fullon dan anggota delegasi kembali melaksanakan GA, yang membahas tentang isu-isu pada saat practice session. Tidak banyak isu yang diangkat, dan hanya hal-hal yang sifatnya minor saja. Saya mulai melihat-lihat beberapa orang terkenal pada GA ini, seperti Brian Dean, Fredrik Niemela, Misof, Ben Burton, dan ... hey! Ada making friends guy di sini! (baca di sini) Sean Wentzel, menjadi delegation leader untuk Afrika Selatan. Saya juga bertemu dengan Pak Martin Gomez dari Filipina yang sangat bersemangat ketika kami mengadakan TOKI Open Mei 2014 yang lalu. Seperti Filipino pada umumnya, orangnya menggembirakan.

GA selanjutnya dilakukan sebelum makan malam, yaitu membahas soal yang akan dikeluarkan pada hari pertama. Kami dibagian soal-soal tersebut, dan solusi singkat untuk setiap soal. Kemudian kita makan malam, yang cukup spesial. Makanan yang paling saya sukai pada makan malam ini adalah ubur-ubur! Sambil makan malam saya mengulas kembali soal-soalnya, berpikir apakah pernah ada soal serupa yang keluar, sekaligus mengukur performa GoF jika dihadapkan pada soal ini.

Setelah makan malam, kita boleh mengajukan keberatan terhadap suatu soal jika ada. Ada beberapa negara yang mengajukan keberatan pada soal wall, karena terlihat klasik. Namun hal ini tidak membuat panitia SC IOI merubah pikiran mereka, karena solusi soal itu tidak semudah kelihatannya. Setelah beberapa diskusi, diputuskan tidak ada perubahan soal. Untuk soal lainnya, tidak banyak keberatan yang diajukan.

Bu Inge dan Pak Rully mencicil terjemahan soal, lalu kami berangkat ke ruang translasi. Proses translasi ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan. Ada kalanya bahasa kita sama dengan bahasa negara lain, sehingga jika ingin menggunakan terjemahan negara lain, kita perlu meminta izin, dan sebagainya. Bahkan, ada flowchart alur translasi bahasa. Pada proses translasi, banyak revisi pada deskripsi soal sehingga kami harus terus menerus memeriksa kesesuaian translasi dengan soal. Akhirnya, seluruhnya beres jam 00.45 dini hari.

Malam itu saya langsung tidur, dan bersiap-siap untuk besok.

Ruangan translasi

Suasana translasi

Flowchart alur translasi

Hari 3

Hari ini merupakan hari kompetisi peserta yang pertama. Saya dibangunkan Jordan jam 7, lalu pergi sarapan. Kemudian saya menunggu waktu kompetisi tiba (yaitu jam 9) dan memastikan peserta tidak memiliki masalah apa-apa. Sambil menunggu, saya berjalan-jalan di taman di blok depan hotel.

Kontes berlangsung tepat pukul 9, dan saya memutuskan untuk memantau sambil menonton IOI conference. Ada banyak presentasi dari negara lain yang menarik, seperti pembuatan sistem penilaian pelatnas mereka melalui online judge yang beragam, penggunaan contest management system, dan tantangan pada pelatnas mereka. Bu Inge dan Jordan juga presentasi pada sesi ini. Bu Inge membahas tentang perkembangan Indonesia pada 5 tahun terakhir, dan Jordan membahas ide baru pada sistem grading yang lebih efisien. Respon dari negara lain cukup bagus, dan rasanya senang dengan respon tersebut.
Selesai conference, kami pergi makan siang. Makan siang ini cukup elit, karena ada macam-macam dim sum. Ada juga "xiao long bao" (seperti siomay yang isinya kuah dan daging), dim sum yang tingkat kesulitan memasaknya tinggi, dan saya makan banyak! Kami juga mengobrol dengan Prof Tan dari Singapura tentang pendidikan komputer bagi anak SMA.

Bu Inge dan Jordan dalam konferensi IOI

Kontes berakhir, dan para peserta pergi makan siang. Kami mengobrol dengan peserta terkait performa pada kontes tersebut. Performa mereka tidak bagus, karena hanya Radit yang berada di zona perunggu. Saya berusaha menyemangati mereka, karena pada zaman saya juga nilai saya yang paling hancur (hari pertama, hanya saya yang di luar batas medali!). Saya berharap mereka bisa melepas beban mental ini, dan mulai baru dengan pikiran yang segar pada hari kedua. Mereka harus berhasil mengalahkan diri sendiri, dan "mengamuk" pada hari kedua. Hal itu serupa dengan yang saya lakukan pada zaman saya, yang mana saya berhasil mengamankan diri di zona perunggu pada hari kedua.
Berikutnya anak-anak pergi berjalan-jalan, dan kami pergi untuk GA yang membahas tentang kejadian-kejadian pada kontes tersebut dan statistik perolehan nilai.

Malamnya, kami makan malam dengan walikota Taipei. Model makan malamnya adalah "ciak tok" atau secara literal "makan meja". Sudah ada urutan menu, dan makanan datang satu per satu pada sebuah piring. Semua yang ada pada meja tersebut kemudian secara bergantian mengambil makanan dan makan. Setelah dilihat, menunya ada 10, banyak sekali! Di antara menu-menu tersebut, yang saya sukai adalah:
  • Ikan besar yang ditim dengan kecap asin, yang sederhana, rasanya ringan, tetapi ikannya sangat segar
  • Nasi kanton dengan udang garing, yaitu nasi yang lengket ditabur udang-udang kecil yang garing
  • Ayam hitam rebus dan kuahnya, yang ayamnya dari sananya benar-benar hitam (hingga daging dan tulangnya), dan supnya sangat enak. Setelah meminum ini, rasanya badan lebih hangat dan kuat
Achievement unlocked, makan 10 macam lauk pada ciak tok! Saya benar-benar puas dengan makanan itu!

Menu makanan yang datang secara berurutan


Makan bersama!

Nah ini, sup ayam hitam

Malamnya jam 21.00 kami sampai di hotel dan acaranya bebas. Jordan mengajak saya jalan-jalan, dan saya tertarik untuk ikut. Kebetulan hari ini juga tidak ada kerjaan translasi atau GA lagi. Saat kami mau berangkat dan turun lewat lift, seseorang dari Swedia menyapa dari dalam lift dan berkenalan dengan kami. Dia menonton presentasi kontingen Indonesia saat konferensi, dan tertarik dengan hal itu. Ternyata dia ada deputy leader dari Swedia. Saya menanyakan apa yang mau dia lakukan, karena dia hanya sendirian dan turun ke lobi. Ternyata dia juga mau jalan-jalan dan dia memutuskan untuk bergabung bersama kami.

Objek pertama yang ingin kami kunjungi adalah ke toko buku, karena pada sambutannya walikota Taipei, dikatakan bahwa toko buku di sini buka 24 jam dan orang-orang senang ke sana pada malam hari saat tidak bisa tidur. Si orang Swedia ini punya GPS, dan tahu di arah mana toko buku itu berada. Sayangnya tidak tidak tahu tepatnya di mana. Saya bisa membantu, karena bisa bertanya pada orang lokal dengan bahasa mandarin. Akhirnya kami bekerja sama untuk berjalan ke toko buku tersebut sambil mengobrol. Bule ini cukup gila, dan bicaranya blak-blakan. Jordan dan dia banyak berbincang-bincang tentang kebudayaan antar negara kita. Jadi kami juga santai saja dengan dia. Dia juga menyatakan bahwa hotel kita dekat Taipei 101 (gedung tertinggi di Taipei, disebut juga Taipei yi ling yi), jadi kalau mau pulang ke hotel cukup cari gedung itu dan kita akan menemukan hotelnya.

Kami akhirnya sampai pada sebuah mall, yang di dalamnya ada toko buku. Dia bertanya apakah dia bisa mendapatkan buku dengan bahasa Swedia pada kami untuk sekedar bercanda, tetapi tiba-tiba "oh what??" ternyata ada buku tersebut di sebelah dia :)) Dia juga melawak dengan objek buku-buku dengan bahasa mandarin dan kami banyak bertukar informasi soal kebudayaan dan keseharian.

Ke toko buku 誠品

Setelah puas melihat-lihat buku, kami turun ke lantai bawah untuk mencari makan. Kami berakhir di supermarket bawah tanah mall tersebut, dan membeli beberapa barang. Saat kami ingin kembali ke lantai atas, tiba-tiba gerbang yang kami perlu lalui perlahan-lahan tertutup! Kami berlari, merunduk, dan berhasil melewati gerbang tersebut seperti di film action. Saat berhasil melewati gerbang itu, pegawai mall yang sedang berberes-beres tertawa dengan aksi kami dan bertanya "kalian mau ke mana?". Setelah saya jelaskan bahwa kami mau keluar dari gedung ini, kami diberitahu arah alternatifnya, karena mall sudah tutup (yaitu di luar gerbang, jadi seharusnya kita tidak perlu menembus gerbang itu). "it's good because you know some chinese, otherwise we will be... eeer... yi ling yi", kata bule tersebut. Saya mulai merasa jalan-jalan ini akan menyenangkan, jadi saya ikuti saja si bule ini mau melakukan apa.

Ternyata si bule ini berjiwa eksploratif, dan dia selalu "let's check this way" sambil mengarah ke tempat yang banyak lampu-lampunya. Saya dan Jordan kemudian berjalan-jalan sembarangan mengikuti dia sambil mengobrol banyak hal. Dia juga menyatakan bahwa dia merasa panas dan ingin makan es krim. Saya berusaha membantunya berkomunikasi dengan penjual yang sepertinya menjual es krim (ternyata tidak), dan akhirnya kami membeli di McD. Setelah berjalan-jalan sembarangan dan sudah merasa cukup jauh dari Taipei 101. Sehingga kami mulai berjalan kembali ke Taipei 101.

This dog has no rabies right?

Akhirnya kami sampai di hotel, dan berpamitan dengan dia. Cukup menyenangkan bahwa kita bisa berkenalan dan bergaul dengan orang asing seperti dia. Yang penting juga adalah Jordan mendapatkan informasi bagaimana keadaan olimpiade komputer di Swedia dan kami mendapatkan sudut pandang yang berbeda.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30, dan kami segera tidur.

Lanjut ke bagian 2

Tidak ada komentar :

Posting Komentar